Bane Raja Manalu : Jangan Malu Jadi Orang Kampung, Malu Itu Bila Pola Pikir Kampungan

Foto Istimewa
Bagikan

Mediatipikor.com, Siantar – Lahir dan tumbuh besar di Kampung Tiga Dolok, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, membentuk Bane Raja Manalu menjadi sosok yang tidak hanya sehat, cerdas dan terampil, tetapi juga berbudi pekerti luhur serta religius, meyakini campur tangan dan eksistensi Tuhan Yang Maha Esa disetiap sendi kehidupan manusia.

Sejak usia SMP, ayah Bane meninggal dunia, dan ia kerap membantu ibunya berjualan di Pasar Pagi Parluasan. Bane menegaskan tidak pernah mengeluh saat hidup dalam kesusahan. Dia sadar bahwa lahir di tengah keluarga miskin adalah takdir yang tidak dapat ditentang.

“Jangan kita malu kalau dibilang tinggal di kampung, tapi yang harusnya kita malu kalau cara berpikirnya kampungan,” ujar Staf Khusus Menkumham RI ini ketika memberikan motivasi kepada pelajar SMK GKPI 1 Pematang Siantar Jalan D.I Panjaitan, Kecamatan Siantar Selatan, Kota Pematang Siantar, Sumut, Sabtu (25/3/2023).

Usai menyerahkan beasiswa Program Indonesia Pintar (PIP) kepada para pelajar, Alumni Universitas Indonesia ini mengingatkan para pelajar agar berani memiliki cita-cita tinggi dan memiliki kemauan untuk mengukir prestasi. Sekolah itu penting, namun lebih penting lagi menjadi anak sekolahan yang terdidik.

“Kalian sekolah untuk mendapatkan pendidikan. Namun ingat, banyak orang bersekolah tapi tidak berpendidikan. Bersekolah dan berpendidikan itu dua hal yang berbeda,” ujar alumni SMA Negeri 3 Pematang Siantar ini.

Kepada para pelajar, Bane juga mengingatkan sebuah uangkapan pepatah “Aku Berpikir Karena Aku Ada”, artinya apa yang engkau pikirkan maka itulah yang ada pada dirimu.

“Kalau kau berpikir positif, maka biasanya lingkunganmu akan positif. Hidupmu juga akan dipenuhi dengan hal yang positif. Sebaliknya kalau kau sehari-harinya berpikir negatif, maka yang datang pun akan yang negatif,” tuturnya.

Menurut Pendiri Yayasan Bagak ini, banyak orang yang sedang menghadapi rintangan, namun tidak mampu melihat peluang dan kesempatan. Ada banyak orang yang tidak sanggup susah sebentar, tapi sanggup susah selamanya.

“Kau bersekolah. Bersusah payah. Banyak keterbatasan. Mungkin itu kesusahan yang kau alami paling sekitar 10 tahun. Tapi dengan daya juangmu, suatu saat lelahmu itu akan ada hasilnya. Kemudian kau tersenyum dan menikmatinya. Untuk kemudian kau berbahagia dan berbagi. Kalau kau bersekolah, pilihan-pilihan hidup akan lebih banyak. Itulah tujuannya kita bersekolah dan mendapatkan pendidikan,” bebernya.(Anggi)